Nasi Ulam khas Betawi

Bagi para pecinta kuliner nusantara, nama nasi ulam pasti sudah tidak asing lagi. Kuliner yang satu ini dikenal sebagai makanan khas daerah Jakarta / Betawi. Saya sendiri pertama kali mencicipi nasi ulam saat saya masih duduk di bangku SMA. Nasi ulam yang saya cicipi waktu itu adalah nasi ulam yang kering tanpa siraman kuah kecap. Menurut wikipedia sih, nasi ulam kering ini khas Jakarta Selatan.  http://id.wikipedia.org/wiki/Nasi_ulam

Setelah sekian tahun berlalu, kemarin malam saya diajak oleh paman saya untuk mencoba nasi ulam kaki lima di daerah Mangga Besar. Lokasinya berada tidak jauh dari Lokasari. Jadi jika anda datang dari arah Olimo, maka posisi warung tenda nasi ulam ini adalah sebelum Lokasari. Untuk saya pribadi, kalau saya tidak diantar oleh paman saya, hampir pasti saya tidak akan menemukan warung ini.

Lokasinya berada di trotoar jalur lambat, sehingga jika anda berkendara di jalur cepat, anda mungkin kesulitan mencari di mana warung nasi ulam ini. Warung tenda ini buka pada malam hari, tapi saya tidak tahu pasti jam buka dan tutupnya. Warung tenda ini berukuran kecil dan hanya terdapat sebuah meja panjang serta bangku plastik yang mampu menampung sekitar 8-10 orang.

Warung tenda ini cukup ramai. Kemarin saat saya datang, pembeli datang silih berganti. Ada yang rela mengantri mendapatkan tempat duduk, ada juga yang memilih untuk dibungkus dibawa pulang. Tapi yang membuat tidak nyaman makan di warung ini adalah pendekar bergitar alias tukang ngamen yang datang bergiliran. Dari mulai saya duduk sampai saya selesai makan, total ada 5 pengamen yang datang meramaikan suasana. Ini salah satu hal yang menyebalkan dari makan di kaki lima.

Tak lama kemudian, seporsi nasi ulam pun tersaji di hadapan saya. Saya sempat terkesima dengan banyaknya lauk yang terhampar di atas nasi putih dengan siraman kuah kecap. Lauknya terdiri dari dendeng, tahu, kentang, telur dadar, bihun goreng, dan keripik tempe. Seharusnya ada lauk perkedel juga, sayangnya waktu saya datang, perkedelnya habis.

Nasi Ulam di Mangga Besar
Nasi Ulam di Mangga Besar

Suapan pertama pun meluncur dengan sukses. Rasa gurih serundeng dan manisnya kuah kecap bercampur dengan nikmat di dalam mulut saya. Lidah saya begitu dimanjakan dengan rasa manis dendeng, gurih telur dadar dan keripik tempe. Tak lupa sepiring kerupuk menemani nikmatnya santap malam saya. Disediakan juga sambal kacang bagi yang ingin rasa pedas. Tapi buat saya, tanpa sambal kacang pun, makanan ini sudah enak disantap.

Selesai makan, saya memperhatikan Bang Muhi, si penjual menyiapkan sepiring nasi ulam. Sebenarnya porsi dari nasi putihnya tidak terlalu banyak. Tapi, banyaknya lauk yang disajikan sukses membuat kita merasa kenyang.

Sepiring nasi ulam ini dihargai 15 ribu rupiah saja, sangat bersahabat dengan kocek bukan? Harga yang wajar dan masuk akal melihat banyaknya lauk yang disajikan bersama makanan khas betawi ini. Jadi jika anda ingin bernostalgia dengan makanan khas betawi ini, silakan mampir ke warung nasi ulam Bang Muhi di Mangga Besar.